Luther menyadari bahwa ini sudah menjadi kewajiban dan tanggung jawabnya sebagai seorang pejuang kelistrikan. Dirinya pun mengaku sempat merasa kesulitan untuk beradaptasi lantaran banyak hal harus dipelajari dalam mengawasi pekerjaan. Faktor utamanya adalah medan yang menantang dan akses yang cukup sulit.
“Terkadang saya juga terpaksa menginap dan tidur di rumah warga setempat karena tidak memungkinkan untuk bekerja bolak-balik mengawasi setiap saat,” ucap Luther.
Baca Juga:
ALPERKLINAS Imbau Konsumen Percayakan Perbaikan dan Pemasangan Instalasi Listrik pada Ahlinya
Luther pun mencontohkan tantangan lain dalam melistriki wilayah Alor. Saat itu, sewaktu pekerjaan di daerah kepulauan menggunakan kapal motor, tepatnya di Pulau Treweng berjarak 2 jam perjalanan dari Kota Kalabahi, kapal hampir terbalik karena dampak cuaca yang tidak bersahabat.
“Syukur Tuhan masih sayang saya waktu itu, sehingga masih ada rasa trauma yang membekas jika mengingat kembali kisah itu,” kenang Luther.
Cerita serupa sepertinya juga dapat ditemui dari perjuangan para petugas PLN yang berupaya melistriki daerah 3T. Untuk itu, General Manager PLN Unit Induk Wilayah Nusa Tenggara Timur Agustinus Jatmiko mengapresiasi pegawai PLN NTT yang ditugaskan di Pulau Alor untuk membangun jaringan listrik desa.
Baca Juga:
Energi Hijau Jadi Primadona, PLN Siapkan Solusi untuk Klien Raksasa Dunia
“Seorang pegawai yang masih muda dengan dedikasi dan loyalitasnya sebagai putra daerah, saya bangga kepada Luther Tubulau ini dan saya yakin pegawai PLN lainnya juga mempunyai antusiasme yang sama karena PLN menerapkan budaya “AKHLAK” dalam melaksanakan tugas pelayanan,” ujar Agustinus.
Agustinus menambahkan, Kabupaten Alor ini salah satu kabupaten yang kondisi geografis dan infrastruktur cukup menantang.
“Harus diakui, butuh usaha ekstra ketika melistriki desa – desa di Alor seperti yang dilakukan oleh Luther Tubulau, seorang pegawai PLN yang masih muda dengan dedikasi dan loyalitasnya sebagai putra daerah.” ungkap Jatmiko.