WahanaNews-LKKI, Jakarta – Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, saat ini pihaknya tengah membahas mengenai perubahan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) hingga 2040.
Adapun di dalam RUPTL tersebut akan dibangun sebuah green enabling smart grid yang dilengkapi dengan smart grid dan flexible generations.
Baca Juga:
Urgensi Krisis Iklim, ALPERKLINAS Apresiasi Keseriusan Pemerintah Wujudkan Transisi Energi Bersih
PT PLN (Persero) mengungkapkan pihaknya bakal menggenjot pembangunan jaringan listrik 'pintar' yang terkoneksi secara digital atau smart grid.
Ini penting dilakukan seiring dengan langkah perusahaan meningkatkan kapasitas pembangkit listrik berbasis dari energi baru dan terbarukan (EBT).
"Di mana dibangun suatu skenario flexible generation, ditambah smart transmission, smart control center, smart distribution, smart meter. Sehingga dengan adanya perencanaan desain dan pembangunan smart grid, maka penambahan variabel EBT yang tadinya hanya mentok di 5 GW sampai tahun 2040 bisa ditambah menjadi 28 GW variabel EBT," kata Darmo dalam acara Nusantara Power Connect 2023 di Jakarta, Senin (11/9/2023).
Baca Juga:
Di COP29, PLN Perluas Kolaborasi Pendanaan Wujudkan Target 75 GW Pembangkit EBT 2030
Menurut dia, penambahan green enabling smart grid ini juga akan mampu memanfaatkan potensi yang belum tergali dari sumber EBT yang ada di Indonesia. Mulai dari hidro, panas bumi, angin, matahari, dan ombak laut.
"Di sinilah, maka dengan adanya penambahan green enabling transmission line dan juga smart grid, maka kita akan mampu membangun EBT dari semua potensi yang ada di nusantara," ujarnya.
Darmo membeberkan, dalam RUPTL baru ini, ada rencana penambahan pembangkit EBT berkapasitas 60 Giga Watt (GW) yang akan masuk dalam ekosistem kelistrikan PLN hingga 2040. Setidaknya dari 60 GW tersebut, pembangkit berbasis EBT berkontribusi 32 GW akan dijadikan sebagai base load.