Bagaimana kisah bendungan baru Etiopia?
Pada tahun 2011, proyek pembangunan bendungan atau dam raksasa dimulai di Grand Ethiopian Renaissance, 30 kilometer dari perbatasan Sudan di Blue Nile, salah satu dari dua anak sungai utama Sungai Nil.
Baca Juga:
Alamak! Pilot Ethiopian Airlines Tertidur Saat Terbang
Bendungan itu pada akhirnya akan menghasilkan lebih dari 5.000 megawatt listrik, menggandakan output listrik Etiopia, dan akan menjadi salah satu bendungan pembangkit listrik tenaga air terbesar di benua Afrika setelah menghasilkan atau mendekati kapasitas dalam satu atau dua tahun ke depan.
Waduk besar untuk bendungan adalah 145 meter dan dapat menampung 74 miliar meter kubik. Pada Juli 2021, waduk itu cukup penuh untuk bendungan mulai menghasilkan listrik, meskipun tidak ada pengumuman resmi yang dibuat oleh pihak berwenang.
Mengapa Mesir dan Sudan kesal dengan bendungan itu?
Baca Juga:
Pria Ethiopia Berebut Daftar Jadi Tentara Bayaran Rusia
Sekitar 97 persen pasokan air Mesir berasal dari Sungai Nil. Sebuah perjanjian tahun 1929 antara Mesir dan Sudan, yang kemudian diwakili oleh kekuatan kolonial Inggris, memberi Mesir hak veto atas konstruksi di sepanjang Sungai Nil bersama dengan hak bersejarah untuk mengklaim sungai itu sebagai miliknya. Sebuah perjanjian 1959 dengan Sudan mengukuhkan status Mesir.
Pada tahun 2010, negara-negara cekungan Nil menyetujui Perjanjian Kerangka Kerja Sama tanpa Mesir dan Sudan. Perjanjian tersebut menghilangkan perlunya persetujuan Kairo untuk proyek-proyek di sepanjang Sungai Nil.
Etiopia mengatakan bendungan itu tidak akan berdampak ke hilir. Mesir keberatan bahwa ini tidak mungkin dan bendungan itu akan mempengaruhi persediaan air dalam waktu yang dibutuhkan untuk mengisi ulang reservoir.