LKKI.net | Berawal dari sebuah bengkel reparasi gitar, pria paruh baya asal Desa Menasah Masjid, Kota Lhokseumawe, Nanggroe Aceh Darussalam berhasil menjadi produsen gitar akustik.
Adnan (46), pelaku industri kreatif dari Aceh ini tak pernah membayangkan, kini ia dapat memproduksi gitar akustik yang kualitasnya tak kalah dengan pabrikan global.
Baca Juga:
Era Energi Terbarukan, ALPERKLINAS: Transisi Energi Harus Didukung Semua Pihak
Adnan mengisahkan bagaimana ia mulai berkarya menghasilkan gitar akustik sejak tahun 2020 lalu. Kisah ini bermula dari satu dekade sebelumnya saat tahun 2008 Adnan membuka studio musik. Tak lama, pada 2010 usahanya dikembangkan dengan menjangkau perbaikan gitar hingga akhirnya ia memproduksi gitar sendiri.
“Di sini muncul ide saya karena dari dulu melakukan servis gitar, jadi otomatis sudah tau tentang gitar, kemudian mulailah membuat gitar. Harapan saya setahun bisa viral, dan Alhamdulillah pada 2021 viral, sudah banyak yang gunakan seperti youtuber,” ungkap Adnan, seperti dilansir laman pln.co.id.
Kesenangannya menghasilkan gitar ini berlanjut. Di bawah studio miliknya yang bernama Andrea Guitars, pada 2019 ikut bergabung dengan Rumah BUMN Aceh Utara di bawah binaan PLN.
Baca Juga:
Urgensi Krisis Iklim, ALPERKLINAS Apresiasi Keseriusan Pemerintah Wujudkan Transisi Energi Bersih
Lewat Rumah BUMN Adnan banyak mendapat ilmu melalui beragam pelatihan setiap bulannya. Dengan seni dan kreativitas yang memiliki kualitas sangat bagus, Rumah BUMN kemudian memilih Adnan sebagai Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) unggulan yang siap didukung oleh PLN dalam bentuk pelatihan dan bantuan dana.
Adnan yang sebelumnya mengerjakan produksi gitar secara manual kini mendapat dukungan pengembangan. Sebelumnya ia memotong kayu dengan gergaji hingga memoles gitar dengan menggosok menggunakan tangan. Dengan cara manual ia dapat menghasilkan tiga buah gitar akustik dalam sebulan.
Kini gitar akustik karyanya pun semakin dikenal di kalangan musisi tanah air dan telah digunakan oleh salah satu youtuber cover musik ternama di Indonesia. Bahan yang digunakan pun cukup berkualitas, bahkan gitar karyanya tersebut berani bersaing dengan gitar-gitar buatan pabrik dalam negeri maupun Internasional.
“Saya menggunakan kayu yang keras, seperti merbau, semaram, dan juga trembesi. Kita tidak memakai triplek, saat ini hanya menerima orderan dari pemusik atau perorangan saja. Mereka tahu kualitas kita pasti mereka order,” sambung dia.
Selain telah dilirik sejumlah musisi tanah air, gitar akustik buatan Adnan juga telah menjangkau banyak kota seperti Bali, Solo, Bandung, dan berbagai di Sumatera.
Adnan mengaku, sebulan mampu memproduksi maksimal tiga buah gitar yang dijual dengan harga bervariasi, mulai dari Rp 3 juta hingga Rp 10 juta. Ia tak melulu melihat keuntungan tapi juga nilai seninya.
“Kalau berbicara keuntungan susah sih, dengan bermodal bahan kayu seperti ini lebih ke nilai seninya,” kata Adnan.
Saat ini, dengan dukungan PLN, Adnan lebih mudah memproduksi gitar-gitar akustik orderan dari pemusik di berbagai daerah. Berkat dukungan BUMN kelistrikan, Ia kini memiliki peralatan elektrik yang canggih dan mumpuni untuk proses kreatif menghasilkan gitar berkualitas.
Manager PLN Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan Lhokseumawe, Muhammad Haiqal mengatakan pemberian bantuan bagi Adnan guna mempermudah pelaku UMKM itu memproduksi karyanya sehingga penghasilan yang diperoleh pun semakin tinggi.
“Dengan adanya bantuan ini diharapkan usaha produksi Andrea Guitars milik Adnan lebih berkembang, serta mampu membuka lapangan kerja bagi warga sekitar,” ujar Haiqal.
Andrea Guitars pun disebut masuk dalam kategori UMKM Unggulan binaan yang akan ditampilkan di setiap agenda PLN maupun BUMN sebagai bentuk promosi. Dengan demikian diharapkan usaha ini mampu menarik minat pasar yang lebih luas dan meningkatkan kesejahteraan para pelaku UMKM. [JP]