Amerika Serikat tercatat menyumbang 6,1 persen konsumsi energi batu bara global.
Terlepas dari itu, deklarasi COP26 tersebut tidak mengikat sehingga tak ada sanksi yang dijatuhkan bagi negara-negara yang gagal menepati janjinya ini.
Baca Juga:
Eks Menlu RI Retno Marsudi Diangkat jadi Dewan Direksi Perusahaan Energi Singapura
Emisi gas rumah kaca dari pembakaran batu bara adalah satu-satunya penyumbang terbesar terhadap perubahan iklim selama ini, dan menghentikan penggunaan batu bara di dunia dianggap penting untuk mencapai target iklim global.
Beberapa ahli mengatakan kesepakatan itu merupakan langkah maju. Deklarasi ini digagas bersamaan dengan pengumuman Powering Past Coal Alliance, sebuah kampanye internasional, yang mengatakan telah mendapatkan 28 anggota baru yang berjanji berhenti menggunakan energi batu bara.
KTT COP26 sejauh ini telah menggalang komitmen dana sekitar U$20 miliar untuk membantu negara-negara menghentikan penggunaan energi batu bara.
Baca Juga:
Buka Kejuaraan Nasional Renang Antar Klub Se-Indonesia, Wamenpora Harap Dapat Lahirkan Atlet Berprestasi
Tuan rumah COP26, Inggris, berharap KTT di Glasgow ini dapat menghasilkan komitmen yang cukup untuk tetap mencapai target membatasi kenaikan suhu global tak lebih dari 1,5 derajat Celsius sehingga dunia dapat mencapai emisi karbon nol bersih pada tahun 2050. [afs]