Lebih lanjut, Gilarsi memaparkan Bandung Raya memiliki potensi elektrifikasi transportasi. Data saat ini, lanjut dia, moda transportasi di Bandung Raya didominasi angkutan kota (angkot). Jumlahnya mencapai 95 persen dari total transportasi umum yang ada.
"Ini merupakan peluang dan potensi yang sangat besar bagi kedua belah pihak. Untuk ke depannya bekerja sama melakukan 'repowering' atau mengubah angkot yang bermesin bensin, menjadi angkot listrik. Dengan begitu, armada lama tidak terbuang sekaligus cita-cita pengurangan emisi karbon juga tercapai," kata Gilarsi.
Baca Juga:
Bank DKI Jalin Kerja Sama dengan Transjakarta dalam Pembiayaan Transportasi Ramah Lingkungan
Sementara itu, Direktur Utama PT Jasa Sarana Hanif Mantiq mengatakan pihaknya terus melakukan studi dan peluang kerja sama dengan berbagai pihak. Hal itu dilakukan sejak tahun lalu, tepat saat ditunjuk oleh Gubernur Jabar Ridwan Kamil untuk melaksanakan proyek BRTi.
PT Jasa Sarana telah melakukan studi banding dan eksplorasi kerja sama, baik di dalam negeri maupun di luar negeri untuk mewujudkan BRT Bandung Raya ini.
"Dengan adanya elektrifikasi transportasi BRT di wilayah Bandung Raya ini. Kami berharap emisi karbon menurun signifikan, dan menciptakan daya tarik tersendiri bagi masyarakat, untuk kemudian beralih dari transportasi kendaraan pribadi ke moda transportasi umum," kata Hanif.
Baca Juga:
Menhub Budi Karya: Transportasi Listrik di IKN Kalimantan Timur Mulai Agustus 2024
"Kerja sama ini merupakan peluang kolaborasi yang sarat potensi positif, guna menunjang ketercapaian sasaran pemerintah pusat, pemerintah daerah dan kabupaten atau kota. Sehingga, cita pelestarian lingkungan dapat terjaga optimal," kata Hanif menambahkan. [JP]