Bergeser ke proyek PLTGU Tambak Lorok, Hutama Karya juga sedang mempercepat penyelesaian konstruksi pembangkit listrik di Jawa Tengah tersebut yang saat ini telah mencapai 96%, dimana lingkup kerja Hutama Karya meliputi pekerjaan sipil seperti soil improvement, struktur dan bangunan, serta instalasi peralatan.
PLTGU Tambak Lorok Blok 3 dengan nilai investasi Rp 4,8 T ini nantinya akan menjadi pembangkit listrik pertama di wilayah Asia Pasifik yang menggunakan teknologi turbin gas HA (High-efficiency Air-cooled) dan menghasilkan listrik berkapasitas 600-850 MW.
Baca Juga:
Pengadaan Lahan Tol Trans Sumatera, Eks Dirut Hutama Karya Jadi Tersangka
Penggunaan teknologi terkini dengan combined cycle atau kombinasi pembangkit tenaga gas dan uap paling efisien ini telah memenuhi standar manajemen kualitas lingkungan internasional.
“Terlebih lagi penggunaan turbin gas ini dikombinasikan dengan sistem Carbon Capture & Storage (CCS) yang dapat mengurangi emisi gas karbondioksida (CO2) sebanyak 95%, dengan menginjeksikan gas ke bawah permukaan bumi dan di lautan dalam,” terang Ferry.
Lebih lanjut Ferry menambahkan bahwa kebutuhan listrik bagi masyarakat perlu dipenuhi untuk menjamin aktivitas dan kegiatan masyarakat agar dapat berjalan dengan baik.
Baca Juga:
Hutama Karya Komit Selesaikan Tol dan Bendungan Proyek Strategis Nasional di 2024
“Dengan dibangunnya PLTM Lambur 2x4 MW dan PLTGU Tambak Lorok Blok 3 ini, diharapkan mampu memenuhi kebutuhan listrik dan juga mendukung komitmen Pemerintah dalam pemerataan listrik demi terwujudnya energi berkeadilan,” tutup Ferry Febrianto, Direktur Operasi II Hutama Karya.
Di samping PLTM Lambur dan PLTGU Tambak Lorok Blok 3, Hutama Karya telah mengantongi sejumlah portofolio proyek pembangkit listrik yang membanggakan terhitung sejak tahun 2010.
Mendukung program Pemerintah Zero Carbon untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam menanggulangi krisis energi dengan pengerjaan 4 (empat) proyek PLTM lainnya yang mendukung EBT.