LKKI.net | Setelah sebelumnya ada Shell dan Chevron yang menyatakan akan menarik diri masing-masing dari proyek Blok Masela, Maluku dan Indonesia Deep Water Development (IDD), Kalimantan Timur, terbaru ConocoPhillips, perusahaan migas berbasis di Houston, Amerika Serikat, juga mengumumkan melepaskan sahamnya di Blok Corridor, Sumatera Selatan, kepada PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC).
Sejumlah perusahaan minyak dan gas bumi (migas) asing itu beberapa waktu belakangan ini menyatakan akan mundur dari proyek hulu migas nasional.
Baca Juga:
Kemelut Investree: OJK Terima 561 Aduan Konsumen Pasca Pencabutan Izin
Kondisi ini tentunya kontraproduktif dengan target ambisius RI untuk mencapai produksi minyak sebesar 1 juta barel per hari (bph) dan gas sebesar 12 miliar standar kaki kubik per hari (MMSCFD) pada 2030 mendatang.
Lantas, apakah pemerintah tidak khawatir dengan kondisi ini?
Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) sebagai regulator hulu migas di Tanah Air pun buka suara.
Baca Juga:
Investor Siap Masuk, Anindya Bakrie: Target Investasi Rp 1.900 Triliun di Depan Mata
Benny Lubiantara, Deputi Perencanaan SKK Migas, mengaku pihaknya pun khawatir dengan kondisi yang terjadi saat ini. Terlebih, adanya kampanye dunia untuk berbondong-bondong beralih ke energi terbarukan, ini akan semakin menyulitkan untuk menarik investor asing.
"Khawatir sih.. karena di era energi transisi ini, menarik investor hulu global kelas kakap semakin sulit," ungkapnya, seperti dilansir dari CNBC Indonesia, Jumat (10/12/2021).
Namun demikian, menurutnya pihaknya terus mengevaluasi secara rutin dari capaian produksi migas nasional dan proyek baru mana saja yang akan mulai beroperasi dan mana yang akan mundur.