Dia mengatakan, upaya mencapai target produksi minyak 1 juta bph dan gas 12 BSCFD pada 2030 itu sudah dengan memperhitungkan proyek yang akan mundur selama satu hingga dua tahun ke depan.
"Mengenai pengaruh ke target 1 juta bph dan 12 BSCFD pada 2030, kami akan update secara rutin, update tahun ini sudah memperhitungkan onstream (beroperasinya) beberapa proyek mundur 1-2 tahun," tuturnya.
Baca Juga:
Percepat Infrastruktur Canggih, xAI Kumpulkan Pendanaan Rp97,4 triliun
Pihaknya pun akan mendorong percepatan eksploitasi blok migas non konvensional (MNK) seperti Gas Metana Batu Bara (Coal Bed Methane/ CBM) atau Shale Gas untuk mencapai target produksi migas pada 2030 tersebut.
"Kita mendorong percepatan eksploitasi Migas Non Konvensional (MNK) untuk membantu pencapaian target tahun 2030 tersebut," ujarnya.
Seperti diketahui, ConocoPhillips mengumumkan akan melepas seluruh sahamnya kepada PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC).
Baca Juga:
Dengan Fundamental Ekonomi yang Kuat, Menko Airlangga Yakinkan Investor Global: If You Want to Grow, then Grow with Indonesia
Pelepasan saham ke Medco ini ditandai dengan penandatanganan kesepakatan Medco untuk mengakuisisi seluruh saham yang diterbitkan ConocoPhillips Indonesia Holding Ltd. (CIHL) dari Phillips International Investment Inc., yang merupakan anak perusahaan dari ConocoPhillips, kemarin, Rabu (08/12/2021).
CIHL memegang 100% saham di ConocoPhillips (Grissik) Ltd (CPGL) dan 35% saham di Transasia Pipeline Company Pvt Ltd. CPGL adalah operator dari blok gas Corridor (Corridor PSC), Sumatera Selatan, dengan kepemilikan hak partisipasi 54% di Blok Corridor ini.
Dalam keterangan resmi ConocoPhillips, nilai aset yang akan dijual ke Medco ini mencapai US$ 1,355 miliar atau sekitar Rp 19,5 triliun (asumsi kurs Rp 14.400 per US$).