"Karena standarnya (emisi) 2003 misalnya sepeda motor, bahan bakar minimum 91, mungkin sama APM-nya diberi kelonggaran, bisa sampai dari 90 sampai ke 92. Lalu kemudian pakai RON 98 tidak bisa ngejar (kompresi dan timing ignition) karena terlalu tinggi tinggi oktannya," ujar dia.
Jika terjadi hal demikian maka sepeda motor akan mengalami masalah. Mulai dari tenaga yang loyo hingga memicu penumpukan deposit karbon atau kerak pada ruang bakar.
Baca Juga:
Gara-gara Kehabisan Bensin, Banyak Mobil Mogok di Contraflow Arus Balik
"Kalau seperti itu nanti yang terjadi dayanya kurang, merasa motornya nggak lari lelet, ngegasnya lebih banyak, akhirnya bahan bakarnya malah boros," jelasnya.
Yannes menambahkan dampak dari pembakaran yang tidak sempurna akibat kurangnya kompresi yang dibutuhkan untuk pembakaran ideal maka mesin akan ngelitik akibat terjadi detonasi, tidak bertenaga dan akan mengalami overheating.
"Ini dilemanya, spesifikasi RON yang lebih tinggi menuntut kemampuan dan teknologi pembakaran (combustion) pada mesin yang dapat menahan kompresi tinggi. Jika BBM beroktan tinggi dipergunakan pada kendaraan dengan mesin dan sistem pembakaran berteknologi kuno misalnya karburator, dan kompresi mesin yang rendah- antara 7:1 hingga 9:1 dengan kebutuhan BBM oktan rendah, maka pembakaran di dalam mesin tidak akan sempurna, akan terjadi banyak zat yang tidak terbakar," jelas dia.[JP]